Ajakan Menjaga dan Melestarikan Satwa di Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional

Surabaya – Tanggal 5 November diperingati sebagai Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional. Peringatan ini didasarkan pada Keputusan Presiden (Keppres) No. 4 Tahun 1993, yang bertujuan membangkitkan kesadaran kolektif akan pentingnya puspa (tumbuhan) dan satwa sebagai identitas dan kedaulatan bangsa. SDK St. Aloysius Surabaya turut memperingati Hari Cinta Puspa dan Satwa, dengan mengajak para siswa menjaga alam dan satwa yang ada di dalamnya dari ancaman kepunahan.

Seperti yang terjadi pada Jumat, 7 November 2025, mulai jam 09.00 WIB, halaman sekolah serasa riuh dengan suara anak-anak yang antusias menyambut kedatangan tim dari Jasa Konservasi Satwa (Jakonsat) yang membawa sejumlah satwa eksotik. Beberapa satwa yang dibawa untuk dikenalkan kepada para siswa adalah ular piton (Malayopython reticulatus) albino, ball piton (Python regius), iguana hijau (Iguana iguana), celepuk (Otus) atau sejenis burung hantu, serak jawa (Tyto alba) sejenis burung hantu, bay owl atau sering disebut serak bukit atau celepuk teluk oriental (Phodilus badius), musang pandan (Paradoxurus hermaphroditus), kelinci (Oryctolagus cuniculus), kadal padang pasir (gecko), soa layar atau soa halmahera (Hydrosaurus weberi), dan panana atau kadal lidah biru sulawesi (Tiliqua).

Kepala SDK St. Aloysius Surabaya, Waluyanto Nugroho berpesan, dengan memperingati hari  cinta puspa dan satw aini, anak-anak dapat mulai belajar mengenai bagaimana menjaga dan melestarikan satwa-satwa, khususnya keanekaragaman hayati yang sangat kaya di Indonesia.

“Mulai dari memelihara dan menjaga satwa yang ada di rumahnya, supaya mereka memperlakukannya dengan baik, menjaganya dengan baik. Sehingga ke depan, kekayaan alam Indonesia tidak akan punah tetapi terus akan terjaga, dan ini dimulai dari pembelajaran yang kecil-kecil saat di SD,” terang Waluyanto Nugroho.

Koordinator Jasa Konservasi Satwa (Jakonsat), Heni Murtiningsih, menerangkan organisasinya bergerak di bidang edukasi untuk pelestarian satwa yang dilakukan di sekolah-sekolah dan komunitas atau kelompok masyarakat. Bersama Family Satwa Sidoarjo sebagai komunitas pecinta satwa, Jakonsat mengajak masyarakat lebih peduli terhadap kelestarian satwa, dengan tidak berburu di alam liar.

“Jangan berburu satwa karena di habitatnya juga sudah punah atau berkurang, generasi sekarang harus lebih mencintai satwa, sebagai bentuk kontribusi menyelamatkan satwa,” kata Heni.

Selain mengenalkan satwa eksotik yang bisa dipelihara karena dapat dikembangbiakkan, Jakonsat juga mengenalkan jenis-jenis satwa liar dilindungi yang terancam punah, yang harus dijaga dan dilestarikan oleh semua masyarakat. Drh Faisol, salah satu pengurus Jakonsat berpesan, bila anak-anak memiliki satwa yang dapat dipelihara di rumah, hendaknya merawat dengan baik sebagai wujud mencintai dan melestarikan satwa.

Drh Faisol menekankan, bahwa satwa yang dipelihara tidak boleh lapar dan kehausan, dan harus diberi asupan makanan yang sesuai dengan kebutuhannya. Selain itu, satwa harus terhindar dari rasa stres atau tertekan oleh situasi di sekitarnya, terutama tidak merasa terancam atau didekatkan dengan satwa yang menjadi predatornya.

“Satwa jangan sampai sakit, harus diperhatikan kesehatannya, satwa bisa diberi vitamin juga,” ujar Drh. Faisol.

Melestarikan satwa, lanjut Drh. Faisol, merupakan bagian dari upaya menjaga keseimbangan alam dan pasokan rantai makanan di alam. Mengajarkan anak untuk mengenal dan mencintai satwa sejak dini sangat diperlukan, namun tetap perlu memberikan edukasi atau pemahaman mengenai satwa yang boleh dan tidak boleh dipelihara.

Para siswa SDK St. Aloysius dijelaskan satu persatu satwa yang dibawa oleh Jakonsat, mengenalkan kebiasaan serta makanan yang biasa diberikan, usia, asal, hingga hal-hal yang berkaitan dengan pantangan yang tidak boleh dilakukan kepada satwa peliharaan.

Selanjutnya, anak-anak dapat berfoto bersama satwa, mulai sesi foto setiap kelas, hingga foto pribadi dengan menyentuh atau berdekatan dengan satwa yang dibawa. Ada pula sesi tanya jawab yang menguji ingatan para siswa terkait pengetahuan yang telah diberikan para perawat satwa yang sebelumnya memberikan edukasi. Siswa yang berani tampil dan menjawab pertanyaan mendapat sejumlah hadiah yang telah disiapkan.

Semua siswa nampak bersemangat dan gembira dengan kedatangan tamu bersama satwa peliharaan yang eksotik. Meski di tengah ekspresi gembira, ada juga siswa yang terlihat sedikit takut dan berusaha memberanikan diri saat bersentuhan dengan satwa seperti ular piton. (Petrus Riski)