Surabaya – Sebanyak 116 orang tua siswa-siswi SDK St. Aloysius Surabaya mengikuti kegiatan Pertemuan Orang Tua Wali Siswa Awal Tahun Pelajaran 2025-2026. Pertemuan yang digelar Sabtu, 26 Juli 2025 di Aula SDK St. Aloysius, Jalan Gatotan 26 Surabaya, dihadiri oleh Ketua Yayasan Lazaris, RP. Martinus Irwan Yulius, CM., yang memberikan pemaparan mengenai spiritualitas Vinsensian dan pilar dasar pendidikan di SDK St. Aloysius.
Pertemuan ini ingin menyamakan persepsi antara sekolah dengan orang tua wali siswa, sehingga diperoleh pemahaman yang sama mengenai arah pendidikan yang akan diberikan kepada para siswa. Kepala SDK St. Aloysius Waluyanto Nugroho, turut menjelaskan hal-hal mendasar dalam pendidikan dan capaian yang diharapkan di SDK St. Aloysius, serta mengenalkan para guru dan tenaga kependidikan yang ada di sekolah.

Selain itu juga dipaparkan mengenai program-program pendidikan yang akan diterapkan selama satu tahun pelajaran, diantaranya dalam hal kurikulum dan kesiswaan. Harapannya, melalui pertemuan ini para orang tua memahami apa yang harus dilakukan untuk bersama sekolah mendampingi proses belajar anak-anak didik sehingga diperoleh hasil pendidikan yang baik.

Pada kesempatan pertemuan para orang tua ini, juga diisi pemaparan mengenai Mengelola Ruang Digital Anak, bersama Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Surabaya. Materi yang dibawakan oleh Diana Dewi selaku Sekretaris Mafindo Surabaya, mengajak orang tua menyadari bahwa keberadaan perangkat teknologi terutama telepon genggam telah menjadikan anak bagian dari masyarakat digital.
Menurut Diana, keberadaan internet tidak hanya membawa banyak manfaat, termasuk dalam hal mendapatkan informasi dan materi belajar bagi anak, melainkan juga ancaman lain yang dapat membahayakan anak. Maka anak perlu mendapat pembekalan dan pemahaman dari orang tua mengenai pentingnya menghadirkan ruang aman bagi anak, terutama di ranah digital.

Mengetahui dampak atau akibat yang buruk dari perangkat digital perlu diberikan kepada anak sejak dini, agar mereka dapat memilih dan memilah secara bijak apa yang boleh dan tidak boleh saat mengakses internet.
Di awal pertemuan ini, ditampilkan atraksi tari Remo dari dua orang siswi SDK St. Aloysius, sebagai tari pembuka sekaligus wujud peran dunia pendidikan yang mewadahi bakat dan kemampuan anak selain dari sisi akademik. (Petrus Riski)
