Peringati 50 Tahun Yayasan Lazaris, Ribuan Murid dan Guru Terlibat Bakti Sosial dan Bakti Lingkungan

Surabaya – Sekitar 2.700 orang terlibat dalam aksi bakti lingkungan di Pantai Tambak Wedi, di sekitar kaki jembatan Suramadu, Minggu 27 April 2025. Mereka adalah siswa-siswi, guru, dan karyawan, serta alumni dari sekolah-sekolah di bawah naungan Yayasan Lazaris, yaitu SMAK St. Louis, SMAK St. Louis 2, SMKK St. Louis, dan SDK St. Aloysius Surabaya. Aksi bersih lingkungan dengan memunguti sampah plastik di sepanjang Pantai Tambak Wedi dan area sekitar kaki jembatan Suramadu sisi Surabaya, dilakukan serentak sejak pukul 06.00-09.30 WIB.

Siswa-siswi SDK St. Aloysius Surabaya mengangkut sampah plastik yang dikumpulkan dari jalanan seputar kaki jembatan Suramadu (foto Petrus Riski)

Tidak hanya memungut sampah plastik yang banyak ditemukan di area batu-batu Pantai Tambak Wedi, para peserta bakti lingkungan juga membersihkan sampah di jalanan sekitar bawah Jembatan Suramadu. Puluhan kantong plastik besar yang berisi sampah yang telah dikumpulkan dari aksi bersih lingkungan ini kemudian diangkut menggunakan truk sampah dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya.

Siswa-siswi SMAK St. Louis sedang memunguti sampah di sepanjang pantai Tambak Wedi pada bakti lingkungan peringatan 50 Tahun Yayasan Lazaris, Minggu 27 April 2025 (foto Petrus Riski)

Selain aksi bakti lingkungan, juga dilakukan aksi bakti sosial di wilayah RW 02 Kelurahan Tambak Wedi, Kecamatan Kenjeran. Sebanyak 500 orang warga yang telah terdata sebelumnya, mengikuti pemeriksaan kesehatan dan pengobatan gratis di halaman dan gedung balai RW 02. Selain mendapatkan pemeriksaan kesehatan berupa tekanan darah dan gula darah, warga yang hadir dapat berkonsultasi dengan dokter mengenai keluhan penyakit yang dirasakan. Selanjutnya warga memperoleh obat-obatan sesuai yang dianjurkan dokter, dan mendapatkan paket sembako dari panitia kegiatan 50 Tahun Yayasan Lazaris.

RP Martinus Irwan Yulius CM, bersama panitia, alumni dan warga dalam aksi sosial pemeriksaan kesehatan di RW 02 Tambak Wedi (foto Petrus Riski)

Menurut Ketua Panitia Kegiatan 50 Tahun Yayasan Lazaris, Bernadus Widodo, kegiatan bakti sosial dan bakti lingkungan ini ingin memberikan pembelajaran kepada para murid dengan terjun langsung kepada masyarakat dan melihat realita yang terjadi di masyarakat maupun lingkungan.

“Namanya pembelajaran bukan sekadar teori, tapi bagaimana mereka dekat dengan masyarakat, praktik langsung, pengalaman langsung, khususnya berjumpa dengan orang-orang yang tidak mampu dan membutuhkan, berjumpa dengan situasi konkrit alam sekitar yang penuh dengan sampah, bagaimana mereka tergerak hatinya untuk mau peduli, untuk mau merawat bumi ini dengan sebaik-baiknya,” kata Bernadus Widodo, Minggu (27/4/2025).

Penyuluhan kesehatan gigi oleh dokter gigi dalam rangka Bakti Sosial Yayasan Lazaris di Kelurahan Tambak Wedi, Minggu 27 April 2025 (foto Petrus Riski)

Dipilihnya wilayah Tambak Wedi sebagai lokasi bakti sosial dan bakti lingkungan, karena sebelumnya panitia telah melakukan survei dan koordinasi dengan perangkat RW maupun kelurahan setempat, yang memang di sana membutuhkan bantuan sosial dan penanganan masalah sampah.

“Memang ada banyak masyarakat yang perlu dibantu, sehingga kami ingin terlibat langsung dengan masyarakat di sini. Kami juga tergerak untuk ikut terlibat merawat, membersihkan lingkungan ini,” lanjut Bernadus.

Warga RW 02 Tambak Wedi melakukan pemeriksaan gula darah sebelum berkonsultasi dengan dokter (foto Petrus Riski)

Ketua Yayasan Lazaris, Romo Martinus Irwan Yulius, CM., mengatakan dua kegiatan besar di Kawasan Tambak Wedi, yaitu bakti sosial dan bakti lingkungan merupakan perwujudan cinta dan bela rasa terhadap kemanusiaan maupun terhadap alam semesta. Pelibatan para peserta didik ini diharapkan mampu menumbuhkan nilai bela rasa atau Compassion yang merupakan salah satu dari tiga nilai dasar pedagogi Vinsensian. Selain Compassion, nilai dasar yang lain adalah Competence dan Vincentian virtues.

Tiga nilai dasar ini, kata Romo Yulius, merupakan nilai yang saling terkait satu sama lain. Nilai Competence artinya kemampuan intelektual anak harus sungguh dikembangkan di dunia pendidikan, baik ilmu pengetahuan maupun keterampilan, yang memaksimalkan kemampuan manusia untuk menggunakan akal budinya. Compassion yang lebih mengarah ke bela rasa, sekolah katolik sungguh menerapkan nilai-nilai dasar kekatolikan dalam hidup sehari-hari, khususnya bela rasa terhadap sesama, dan bela rasa terhadap lingkungan hidup.

“Jadi, seluruh komponen itu harus ditumbuhkan dalam diri anak-anak, mereka punya bela rasa kepada sesama, terutama yang membutuhkan, yang miskin. Bukan hanya itu, tetapi juga bela rasa untuk lingkungan alam semesta,” kata Romo Yulius.

Warga RW 02 Tambak Wedi mendapat penjelasan dari dokter dan menerima obat yang dibutuhkan untuk penyakit yang diderita (foto Petrus Riski)

Sedangkan Vincentian Virtues, mengajarkan lima keutamaan yang menjadi kualitas hidup manusianya. Ketika seseorang berbela rasa dan mengembangkan intelektualnya, maka orang itu harus memiliki kerendahan hati, kelembutan hati, kemauan untuk bermati raga, punya kemauan untuk hidup sederhana (simplisitas), dan memiliki tujuan menyelamatkan jiwa-jiwa. “Konteks besarnya, karya keselamatan Allah itu sungguh-sungguh bisa dirasakan secara nyata di dalam dunia ini,” ujar Romo Yulius.

Bakti lingkungan ini, kata Romo Yulius, sangat relevan dengan seruan Paus Fransiskus dalam Insikliknya yaitu Laudato Si. Kegiatan yang melibatkan 4 unit sekolah di bawah Yayasan Lazaris di Surabaya ini, menekankan pembinaan kepada para murid mengenai pentingnya menjaga dan merawat bumi sebagai rumah bersama, sekaligus aksi nyata menyikapi krisis iklim yang saat ini telah menjadi ancaman nyata. Tidak hanya melalui aksi bersama, di setiap unit sekolah yang ada memiliki program sendiri yang mengakomodasi dua hal, yaitu kepedulian terhadap sesama dan kepedulian terhadap lingkungan.

“Memang Laudato Si itu memberi makna yang luar biasa di dalam upaya kita untuk menumbuhkan kepedulian anak-anak terhadap alam semesta ini, di masyarakat. Supaya mereka juga kenal masyarakat, dan supaya mereka bukan tinggal di guanya masing-masing tetapi berani keluar untuk bertemu dengan realitas masyarakat. Jadi Laudato Si ini sangat relevan dan cocok,” terang Romo Yulius.

Senada dengan itu, Bernadus Widodo yang juga Kepala Satuan Pendidikan SMAK St. Louis 2 Surabaya, mengatakan pembelajaran mengenai pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan telah dilakukan di masing-masing unit sekolah, melalui kegiatan yang terstruktur maupun yang diajarkan dalam kelas oleh para guru yang mengajar. Tujuannya adalah agar siswa-siswi tidak hanya belajar dari dari teori-teori yang ada selama ini tetapi juga dari pengalaman langsung.

Langkah konkrit yang telah mulai dilakukan adalah mengurangi penggunaan botol plastik sekali pakai, dan diganti dengan tumbler atau botol minum guna ulang. Serta mulai melakukan gerakan bersih lingkungan, dan menanami ruang terbuka dengan berbagai jenis tanaman dan dengan cara hidroponik. “Harapan kami, anak-anak semakin hari semakin tergerak untuk semakin mencintai, semakin peduli, semakin mau merawat bumi ini,” imbuh Bernadus.

Selain sampah plastik, sampah organik dari ranting pohon banyak ditemui di pantai Tambak Wedi (foto Petrus Riski)

Mengangkat tema “Membangun Manusia Utuh”, kegiatan bakti sosial dan bakti lingkungan ini diharapkan dapat memperkuat kembali nilai-nilai yang dihidupi dalam setiap aspek pendidikan, serta merayakan kontribusi besar yang telah diberikan oleh yayasan dalam menciptakan individu-individu yang tidak hanya sukses secara akademik, tetapi juga memiliki hati yang penuh kasih, mampu bekerja dengan integritas, dan siap menghadapi dunia dengan keberanian dan keteguhan moral.

“Peringatan 50 tahun ini bukan hanya sebuah momen untuk mengenang masa lalu, tetapi juga sebagai momentum untuk merefleksikan dan merencanakan langkah-langkah ke depan dalam menciptakan pendidikan yang lebih baik dan lebih bermakna bagi masyarakat luas,” ujar Waluyanto Nugroho, Kepala Satuan Pendidikan SDK St. Aloysius Surabaya, sekaligus Sekretaris panita kegiatan.

Rangkaian peringatan 50 tahun Yayasan Lazaris juga diisi dengan berbagai kegiatan lainnya, yaitu Ziarah dan Tabur Bunga di Pohsarang dan Griyamartani, Kediri; Seminar Pendidikan; Misa Kudus; Pentas Seni; dan Penulisan Buku 50 Tahun Yayasan Lazaris. (Petrus Riski)